Berlaga di Ajang Lari Jalan Raya, Jakarta International 10K

LAGI-LAGI HAL YANG TAK TERDUGA TERJADI DI DALAM HIDUP SAYA. Tidak ingin tertinggal dalam hiporia para atlet nasional dan internasional yang datang ke Jakarta, tanggal 31 Mei 2015 kemarin saya turut mendaftar dalam ajang lari jalan raya, Jakarta International 10K yang diselenggarakan di Silang Monas.

Apakah saya sebegitu inginnya bersaing dengan para atlet tersebut? weitss, tunggu dulu. Saya hanyalah pelari biasa yang bulan Desember lalu baru mulai belajar menjejakkan kaki. Jadi, sudah pasti bersaing dengan para atlet bukanlah tujuan saya. Seperti yang saya ungkapkan di akun instagram saya “I just want to run for fun!”

Karena bagaimanapun juga, rasanya sudah terlambat jika saya ingin menghindari event-event lari seperti ini. Kalau memang serius berlatih, saya tidak akan mengelak. Saya ingin mencoba berlomba. Untuk itu, sehari sebelum berlomba saya berusaha mempersiapkan segala sesuatunya.

running shoes and my bib number

running shoes and my bib number

Tulisan ini saya buat sebagai penanda sekaligus untuk merekam pengalaman, memberikan kritik hingga saran untuk JI10K 2015.

Beberapa jam sebelum berlaga
Malam tanggal 31 Mei, saya sulit sekali untuk tidur. Di satu sisi saya takut terlambat bangun, di sisi lainnya ada perasaan gugup terkait masalah teknis di perlombaan.

Pertama, saya sama sekali tidak punya pengetahuan apa-apa tentang lari jalan raya ini. Adalah pertama kalinya saya mengikuti kompetisi lari yang bersifat publik seperti JI10K. Yang kedua, saya belum pernah sekalipun berlari sejauh 10km, bahkan di saat latihan bersama Derby. Dalam record latihan saya, 8km adalah jarak terjauh yang pernah saya tempuh, itupun hanya sekali. Nah, bisa dibayangkan bukan bagaimana risaunya saya malam itu. Apakah ini berarti saya tidak bunuh diri?

Alhasil, ketika seharusnya badan dipersiapkan sebaik mungkin alias tidur nyenyak, saya justru melakukan sebaliknya. Pukul 12.30 pagi saya sudah terjaga dan lanjut tidak tidur. Setelah packing, saya dan rombongan (Kang Uban, Mas Soni dan Bang Arief) berangkat menuju Monas.

Meskipun jam baru menunjukkan pukul 4.30, sudah banyak orang yang berdatangan mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Pagi itu Monas telah ramai. Suasananya begitu gemilang, dipenuhi warna hijau muda lengkap dengan sepatu lari yang nampak berkilat-kilat.

Menuju start
Matahari yang meninggi mulai mempertegas wajah-wajah peserta lari yang telah memenuhi pelataran. Beberapa diantaranya mulai terlihat melakukan pemanasan, stretching hingga lari-lari pendek. Saya sendiri melakukan hal yang sama, mulai meregang-regangkan otot badan yang masih kaku kedinginan. Sambil sesekali menarik nafas dalam. Fyuh, nervous newlywed… 😀

Menjelang pukul 6.30, ribuan pelari bergerak memadati sekitaran garis start. Orang mulai berdesakan untuk mendapatkan tempat paling depan. Mendadak udara tak lagi segar. Sesaat kemudian saya merasa chaos.

20150531_055950

Saya terpisah dari teman-teman. Selain terjepit di tengah kerumunan, saya sama sekali tidak bisa melihat ke depan. Beruntung saya menemukan Bang Arsy, yang kemudian mengajak saya menyusup ke depan. Sekitar 10 meter dari garis start, di sana saya berdiri. Begitu terdengar suara pistol ditembakkan, di situlah saya tidak bisa lagi memikirkan di mana teman. Pelepasan pelari dimulai pada pukul 6.30. Dan saya harus mulai berlari!

On the road
“I have no expectation to win the game but one. I just want to have such a fun and safe run (finisher is better)”. Saya tahu kemampuan saya sebatas mana. Berharap seperti menang, medali, atau podium, justru akan menyakiti diri saya sendiri. Satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah berusaha sebaik-baiknya, mengalahkan pesimisme yang menjadi musuh utama di dalam diri saya. Mungkin saya belum pernah berlari sejauh 10km, tapi coba kita lihat apa saja yang saya dapat selama latihan.

Selama ini, Derby selalu memberikan rute berlatih dengan beragam elevasi. Jadi untuk trek naik-turun, saya sudah terbiasa. Sementara itu, rute yang dipergunakan JI10K tahun ini tidak memiliki elevasi yang cukup bervariasi. Meskipun jaraknya lebih jauh, jalannya mulus dan rata. Menurut saya, ini keuntungan tersendiri bagi pelari-pelari yang sering berlatih di UI.

Ini adalah rute yang harus dilalui peserta JI10K…

JITK_Route_2015_Rev

Sehingga sesuai prediksi, saya mampu melewatinya dengan selamat meskipun memang perlu perjuangan yang lebih berat. Berikut adalah catatan waktu saya berdasarkan Timing Chip Result yang dikeluarkan oleh PB.PASI. Masih sangat lambat tentunya jika dibandingkan dengan para elite athlete. Tetapi saya senang karena sudah mampu mengikuti perlombaan dengan selamat…

Jakarta International 10K Race Result

Hambatan
Di saat mengikuti perlombaan, hambatan intern saya pikir tidak ada. Saya tidak sakit perut ataupun merasa pusing. Beberapa jam sebelum berlari, saya minum cukup dan makan pisang yang dibawakan mas Soni. Hehe… Jadi saya merasa bugar dan baik-baik saja…

Satu-satunya masalah yang membuat berlari kurang nyaman justru berasal dari teknis di jalan. Karena kita tidak tahu karakter seperti apa yang dibawa masing-masing pelari ke jalanan. Pengalaman saya kemarin, rupanya ada banyak sekali orang yang asal berlari kencang. Maunya ingin lebih cepat dari peserta lain, tetapi tidak mau menjaga etika sehingga asal terjang, tubruk sana-tubruk sini. Belum lagi yang meludah dan membuang botol minum sembarangan. Menurut saya, yang seperti ini jauh lebih menghambat bahkan membahayakan dibandingkan dengan harus melewati jalan dengan elevasi yang tinggi.

Selain itu, hambatan lain justru berasal dari panitia. Misalnya seperti penempatan water station, atau tempat pembagian kalung leher yang tidak tepat. Sudah menjadi rahasia umum kalau masyarakat kita terbiasa tidak tertib. Jadi ketika pos-pos seperti ini ditempatkan secara tidak tepat, kerumunan yang terbentuk justru bisa membahayakan keselamatan orang.

Saran saya untuk JI10K
Perhelatan lomba lari jalan raya terbukti meraup banyak peminat mulai dari anak-anak hingga dewasa. Tidak hanya dari masyarakat Jakarta, bahkan pesertanya banyak yang berasal dari luar Jakarta dari skala nasional hingga internasional. Ini berarti bahwa ada banyak kalangan masyarakat yang menaruh perhatian besar pada olahraga lari. Lihat saja bagaimana perkembangan komunitas lari saat ini. Menurut saya ini layak diapresiasi, caranya adalah dengan menyediakan resources agar para pelari mampu mengembangkan potensi.

Ajang lari jalan raya semacam JI10K merurut saya ide yang luar biasa. Bagaimana tidak, ini adalah event besar yang pesertanya melibatkan atlet nasional dan internasional. Keberadaan mereka sangat berarti karena dapat memotivasi dan menginspirasi kalangan semi atlet, komunitas lari, hingga masyarakat awam. Oleh karenanya, penyelenggaraannya harus lebih baik. Bukankah ini sudah ke-12 kalinya…

Lalu apa saja yang masih perlu diperbaiki?
Berdasarkan pengalaman saya kemarin, masalah yang banyak dikeluhkan mayoritas peserta adalah soal pembagian medali dan sertifikat. Pembagiannya ricuh. Mereka yang sampai finish dan mencapai waktu terbaik tidak kebagian medali dan sertifikat padahal sudah ditandai oleh panitia.

Namun menurut saya, kesalahan ini bukan pada pihak peserta yang mungkin saja berebut waktu pengambilan. Meihat besarnya jumlah peserta, panitia seharusnya menerapkan sistem yang lebih cerdas, misalnya dengan memanfaatkan race result untuk mendaftar siapa saja yang berhak mendapatkan medali jika memang kuota medali hanya dibatasi sampai 2000 buah saja. Masalah pembagiannya, bisa belakangan. Misalnya seperti saat pengambilan bib.

Sedangkan untuk sertifikat, saya melihat bahwa meskipun tidak menang lomba, orang ingin merasa lebih dihargai. Meskipun hanya selembar kertas, orang pasti senang jika memiliki kenang-kenangan atau bukti bahwa ia telah menyelesaikan lomba. Menurut saya, sertifikat ini layak diberikan kepada semua peserta, terutama yang telah menyelesaikan lomba. Panitia bisa memberikannya dalam bentuk digital yang bisa didownload di website JI10K atau juga bisa dikirimkan melalui email peserta. Dengan begitu, panitia tidak kesusahan membagikan sertifikat. Oh iya saya juga berpikir, alangkah senangnya jika di dalam sertifikat tidak hanya ada ucapan selamat, tetapi ada catatan waktu yang telah ditempuh para peserta. 🙂

Masalah selanjutnya yang menurut saya paling urgent adalah masalah teknis di jalan. Pertama, bagaimana mengkomunikasikan adanya perhelatan lomba kepada masyarakat pengguna jalan agar bisa memaklumi bahwa jalan yang hendak dilalui kendaraan untuk sementara dialihfungsikan. Saya sempat ngeri loh melihat peserta yang karena jengkelnya dengan suara klakson pengemudi motor, lantas melemparkan botol minumannya ke arah si pengemudi itu…

Yang kedua, seperti yang telah saya singgung di atas, bahwa perlu dibuat stasiun-stasiun yang tepat sehingga dapat menertibkan peserta yang punya karakter lari bermacam-macam. Bagi saya, mengajarkan untuk tertib kepada masyarakat itu harus dimulai dari strukturnya. Kalau strukturnya kuat, tidak bisa diakali, maka orangpun akan tertib dengan sendirinya.

Yang menyenangkan dari JI10K 2015
Terlepas dari kekurangan itu, bagi saya pengalaman pertama mengikuti JI10K ini sangat menyenangkan. Tidak hanya mendapatkan pengalaman soal lari, tetapi di sini saya berkesempatan bertemu banyak orang baru.

JI10k melihat perkembangan komunitas lari. Di sana disediakan booth-bo0th khusus bagi komunitas-komunitas lari untuk menyelenggarakan community expo. Wew, ternyata ada banyak komunitas lari yang tidak kalah hebohnya dengan Derby. Malahan ada yang bakal besanan (atau malah sudah?) katanya… 😀

20150531_085427

IMG-20150531-WA0028

Derby United

Menceritakan keseruan di JI10K saya rasa tidak akan ada habisnya. Ada banyak keseruan yang tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata. Tapi saya punya banyak foto yang bisa saya pamerkan di sini. Kali ini biarlan foto yang banyak bercerita!

IMG_20150531_075129

Yeah, finish strong!

IMG_20150531_112101

it is my opportunity to meet Bang Rieski, the fastest and inspiring runner I ever met…

IMG_20150531_101235

Finally meeting kak Lidia Chang, the adventure addict

IMG_20150531_111550

me and Dony, take a pose before leaving Monas

IMG_20150531_100524

we are Derby United!

Nah, sampai di sini dulu ceritanya. Sampai jumpa di event lari berikutnya. Don’r worry, run happy! 🙂

©Tina Latief 2015

Sumber foto: dokumentasi pribadi dan foto-foto komunitas yang di share di media sosial
Untuk mengetahui hasil perlombaan silakan cek di SINI

3 thoughts on “Berlaga di Ajang Lari Jalan Raya, Jakarta International 10K

Any comments? just post!