MATAHARI belum menyingsing tatkala saya dan teman-teman Derby mulai disibukkan dengan sejumlah aktivitas di WS kilometer 29. Kami harus mendirikan tenda, menyiapkan meja dan mengatur bahan-bahan logistik yang diperlukan selama perlombaan. Hari itu, waktu memang masih pagi. Arloji di lengan kiri saya bahkan belum genap menunjukkan pukul setengah enam. Meskipun demikian, kami semua harus bergegas. Setelah bendera start mulai dikibarkan, kami harus siaga menyambut ribuan pelari di jalanan yang berpartisipasi dalam ajang Festival City Jakarta Marathon 2015.
“Keep running! Pain is just temporary, glory is forever!” teriak saya sambil mengangkat papan cheering tinggi-tinggi. Kata-kata itu saya teriakkan kepada dua orang pelari yang pertama kali tiba di WS Derby. Mereka adalah dua pelari berkulit gelap asal Kenya. Setengah jam kemudian, mata saya berbinar-binar tatkala bertatap muka dengan para pelari Indonesia yang mulai menyusul di belakang mereka berdua. Muka dan badan mereka bermandikan peluh. Namun mereka sempat tersenyum lepas saat saya dan teman-teman meneriakkan cheering.
Sungguh, mereka luar biasa…
***
SEPENGGAL cerita tadi kembali mengingatkan saya pada keseruan Festival City Jakarta Marathon yang digelar 2015 lalu. Ya, tahun lalu adalah partisipasi pertama saya di ajang lari international tersebut. Meskipun demikian saya belum turut berlari. Saya memilih mewakili komunitas Derby untuk menjaga water station bersama teman-teman yang lain.
Bagi saya saat itu, berlari sejauh 42 kilometer di atas jalanan Jakarta adalah hal yang mustahil. Bagaimana tidak, saya masih pelari pemula. Alasan kedua, saya belum pernah sekalipun berlatih long run. Jarak event lari terjauh yang pernah saya ikuti adalah 10k, itu pada ajang lari jalan raya, Jakarta International 10k tahun 2015. Selebihnya, saya hanya melakukan latihan-latihan biasa antara 5-10k. Jadi, saat itu saya cukup rasional untuk tidak ikut Jakmar, bahkan sekedar untuk menjajal halfmar (half marathon) sekalipun.
“Kalau saya memaksa ikut sama halnya dengan bunuh diri. ” jelas saya kepada salah seorang teman. “Tidak perlu memaksakan diri. Salah-salah nanti kita malah cidera kaki”, lanjut saya.
Namun bukan berarti saya patah hati. Saat itu saya berjanji bahwa di Jakmar berikutnya saya akan ikut berpartisipasi. Benar saja, tatkala Jakmar 2016 mulai membuka pendaftaran, sayapun ikut mendaftar. Mengawali keikutsertaan saya di ajang lari jarak jauh, pada Jakmar 2016 saya memilih kategori half marathon (HM). Di ajang Festival City Marathon ini pun lagi-lagi saya tidak ingin memaksakan diri. Mengikuti full marathon sekarang nampaknya adalah hal yang mungkin. Namun kembali saya berfikir, apakah saya benar-benar bisa melewati tantangan ini?
Saya tidak bermaksud underestimate pada diri sendiri, namun saya juga tidak ingin underestimate pada jarak lari Jakarta Marathon. 42k adalah jarak yang tidak pendek. Bisa menyelesaikan marathon mungkin adalah prestasi gemilang bagi seorang pelari. Namun yang juga penting untuk digarisbawahi, jangan sampai kita menyakiti diri sendiri.
Maka dari itu, saya tetap tidak ingin memaksakan diri. Biarlah tahun ini saya fun run dengan 21k saja. Kelak jika saya sudah banyak latihan, barulah saya mencoba marathon yang sebenarnya. Doakan saja, semoga halfmar tahun ini lancar dan bisa finish strong seperti rencana.
Nah runners, sampai bertemu di Jakarta Marathon Oktober mendatang! #Marilari #Don’tworryrunhappy
©Tina Latief 2016
go! go! go!
bersenang-senang saja dulu. menang kemudian. hahaha.
selamat berlari!
LikeLike
Makasih mba Wen 🙂 mba ngga mau ikut Jakmar? 😀
LikeLike
waaaak.. kalau ada versi slow motionnya aku ikut. ahahaha.
LikeLike
Slow motion? hehe tenang aja nanti kalau udah cape naik mobil aja barengan sama yang DNF 😀
LikeLiked by 1 person
slow motion alias jalan. hehe
LikeLike
Lari sekarang termasuk olahraga yang pemes ya di Jakarta. Banyak klub lari di Jakarta memudahkan dan menambah semangat. Sehat berolahraga.
salam
LikeLike
Sebetulnya engga hanya di Jakarta, mas. Banyak juga yang ada di luar kota. Hanya saja hiporianya memang lebih terasa di Jakarta 🙂
Salam juga, terimakasih atas kunjungannya mas..
LikeLike
wah, keren banget mba. semoga semua yang diinginkan dapat tercapai. bukan hanya menjadi peserta maraton yang berhasil mencapai garis finish. Namun juga pelari yang dapat memenangkan medali emas. 🙂
LikeLike
Makasih mba…
Nanti semua finisher dapat medal kok, cuma ya bukan gold medal hehe
LikeLike
kalau saya mah gak kuat kalau lari
LikeLike
Kuat mba kalau latihan, yuk latihan lari 🙂
LikeLike
foto-foto dan penuturan ceritanya indah. setiap fotonya bercerita.. keren kak
LikeLike
Terima kasih 🙂
LikeLike
foto-foto nya keren. pendaftaran early bird jakmar sudah dibuka yach dan saya telat tau nya. untuk tahun ini aku baru mau nyoba pocari sweat marathon nich. masih ragu-ragu nyobain yang lain-lain secara latihannya minim.
LikeLike
iya mba, dan parahnya sudah habis..
Saya mau daftar Pocari masih ragu…
Pengen juga ikut sebenernya..
LikeLiked by 1 person
Paling ga kuat kalo disuruh lari berkilo-kilo meter gitu mba… huuufft. Jalan kaki jauh aja kadang engap.. hahaha :D. Foto-fotonya keren !
LikeLike
temenku yg hobi ikutan lari2 gini pasti ikutan nih :D.. kalo aku mah, tau diri ama stamina sendiri mba 😀
LikeLike
Hehe nyobain saja mba… yuk ikutan 🙂
LikeLike
mba tina sih .. kalo 21K aja mah bakal lewat … ayoooo keep running …
LikeLike
Hahaha makasih bang supportnya..
Yuk bang besok daftar jadi marshal, biar bisa sepedaan di Jakmar
LikeLike
Lari ya mbak itu hobby saya tuh mabk, jadi pengen ikutan mbak 😀
LikeLike
Silakah ikut mas 🙂
LikeLike